Bandara
Incheon, Seoul.
Seorang
gadis menarik kasar kopernya yang nampak lebih besar dari tubuhnya yang kurus
ramping. Setelah sekiranya lima belas
langkah dari pintu keluar, ia berhenti menurunkan kacamata hitamnya dan mulai
mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Mata sipit khas Asia Timurnya
langsung membelalak bersemangat ketika seorang laki-laki dengan kaus putih dan
kardigan biru melambai ke arahnya.
“YONG!”
Laki-laki
yang dipanggil Yong itu langsung berlari kecil menghampirinya dan membawakan
koper si gadis yang membuatnya sedikit melambat. Setelah saling bertukar senyum
dan sapa, mereka langsung berjalan menuju halaman parkir.
“Jadi, bagaimana Indonesia?” tanya YongHwa
kepada Mina saat mobil mereka sudah keluar dari bandara.
“Doebda. Panas sekali.”
YongHwa
terdiam sebentar mengira bahwa Mina akan melanjutkan perkataannya. Namun
sedetik kemudian ia sudah menemukan Mina menurunkan sandaran kursinya dan
setengah berbaring.
“Kau
setahun berada disana dan hanya itu jawabanmu?”
“Sungguh,
Indonesia benar-benar panas! Memang sih banyak hal indah dan menyenangkan,
namun aku tidak bisa mentolerir udaranya yang sangat panas. Percayalah, kau
akan butuh banyak sunblock disana!”
YongHwa
hanya tertawa kecil mendengar jawaban Mina. Ia ingin sekali bertanya banyak hal
mengingat kepergian Mina yang tiba-tiba semenjak ia putus dengan seorang
pemimpin sebuah band rock ternama. Tetapi ia langsung mengurungkan niatnya saat
melihat Mina yang langsung memejamkan matanya setelah kata terakhirnya
diucapkan dari mulut mungilnya yang berwarna merah muda. YongHwa rasa ia akan
membiarkan Mina tertidur sebentar.
***
JungShin memasuki sebuah kedai kopi yang terletak di pusat kota. Terdengar bunyi denting
lonceng ketika pintu kaca yang bertuliskan ‘buka’ ia dorong ke arah dalam. Seorang
pelayan tersenyum menyapanya ramah. JungShin langsung memesan Iced Chocolate dan duduk di sudut ruangan setelah mendapatkan
pesanannya. Ia menatap ke luar jendela melihat mobil yang berlalu-lalang.
“Oranye,
satu.” gumamnya pelan ketika melihat sebuah mobil sedan berwarna oranye
menikung pelan melewatinya yang duduk di dalam kedai.
Sedetik
kemudian ia hanya tersenyum getir merasa konyol masih memainkan permainan itu
dengan seseorang yang sedang tidak bersamanya sekarang. JungShin bahkan telah
mencatat ada seratus lima puluh tujuh mobil berwarna oranye yang melewati kedai
ini selama setahun—setidaknya itu jumlah yang berhasil ia hitung—kalau-kalau
seseorang itu kembali dan menanyakan permainan yang selalu mereka lakukan.
JungShin melamun menatap kosong gelasnya yang masih terisi penuh sambil
sesekali mengaduk whipped cream agar
tercampur dengan minumannya. Cukup lama ia menyadari bahwa ponselnya telah
bergetar dua kali menandakan bahwa sebuah pesan masuk. JungShin membuka pesan
itu dan mendapati serangkaian nomor yang tidak ia kenal. Tiba-tiba saja sebuah
senyuman mengembang di wajahnya.
Aku di Seoul. Temui aku sebentar lagi.
***
“Terima
kasih, Yong telah menjemputku.” ujar Mina saat sampai di depan pintu
apartemennya.
“Baiklah,
selamat beristirahat. Aku akan ke studio, mungkin aku pulang sedikit larut malam.
Jangan menunggu.” balas YongHwa sambil memberikan kunci apartemen Mina yang ia
titipkan setahun lalu. “Tenang saja, apartemenmu selalu dibersihkan kok.”
“Sampaikan
salamku kepada yang lain!” teriak Mina saat YongHwa sudah berjalan menjauh
menuruni tangga. Mina membuka pintu apartemennya dan sedikit terkejut ketika
menemukan seorang laki-laki sudah berdiri dihadapannya.
“Shin!
Sudah aku bilang berulang kali jangan berdiri di depan pintu saat aku masuk!”
ujar Mina sambil menutup pintu rapat.
“Kau
sendiri yang bilang ingin menemuiku. Aku tidak melihat mobil YongHwa saat aku
datang, jadi kuputuskan saja menunggu di dalam. Kau tidak lupa kan kalau aku
juga memegang kunci apartemenmu?”
“Oke,
algesseoyo. Eh, bukankah kau seharusnya latihan? Yong
bilang ia akan langsung ke studio.”
“Iya,
aku akan kesana setelah bertemu denganmu. Setidaknya aku ingin mendengar kamu
mengatakan bahwa aku boleh meceritakan hal ini ke YongHwa dan yang lainnya.”
“Tidak.
Aku belum siap.”
“Ya
Tuhan, aku bisa gila berpura-pura tidak mengetahui apa-apa sementara yang lain
mulai memikirkan hal-hal buruk tentangmu.”
“Kau
sudah berjanji kepadaku. Sekarang kau harus studio bertemu mereka dan
bersikaplah seperti biasanya. Mengerti?” lanjut Mina sambil menatap JungShin
serius.
“Baiklah,
terserah kau saja.”
***
“Hyung, sudah bertemu Mina noona?” tanya JungShin kepada YongHwa
setelah mereka latihan selama lima jam. YongHwa menjawab pertanyaan JungShin
dengan anggukan kecil. “Bagaimana keadaannya? Dia baik?”
“Ya,
dia baik-baik saja. Dia sama seperti biasanya, walaupun aku masih sedikit
khawatir.”
“Aku
lega mendengarnya. Aku harap Mina noona benar-benar
sudah melupakannya.”
“Ya,
aku harap juga begitu.” jawab YongHwa menggantung. “Temui ia esok. Ia pasti
juga ingin bertemu denganmu.” balas YongHwa sambil menepuk punggung JungShin.
JungShin
hanya mengangguk lemah menahan semua hal yang diketahuinya. Ia hanya diam di tempatnya
menatap punggung hyung-nya yang mulai
berjalan menjauh.
“Hyung!” YongHwa menoleh saat JungShin
memanggilnya lagi. JungShin terdiam sebentar menenangkan perang batin yang
terjadi di dalam dirinya. Semua kata-kata yang disusunnya selama setahun sudah
berada diujung mulutnya. Ia harus memberitahukan semuanya. “Sebenarnya
aku…aku….”
Tiba-tiba
saja YongHwa tersenyum mengangguk. Wajahnya tampak penuh kelegaan melihat usaha
JungShin yang ingin memberitahukan sesuatu padanya.
“Aku
sudah tahu kok.” balas YongHwa.
“Eh?”
“Tanpa
kau memberitahuku, aku sudah tahu.”
JungShin
sedikit bingung dengan jawaban YongHwa. Ia ragu apakah yang YongHwa maksud sama
dengan yang ada dipikirannya. Namun, ia bisa sedikit lega karena tidak harus
menahan hal itu lebih lama.
“Jadi,
kau akan menjaga Mina noona?” tanya JungShin meyakinkan.
“Tentu
saja.” balas YongHwa tersenyum sambil mulai berjalan meninggalkan JungShin.
Pernyataan JungShin tadi seakan melunturkan kecurigaan YongHwa selama setahun
ini. YongHwa yakin Mina dan JungShin menyembunyikan sesuatu darinya. Apalagi
hubungan Mina jauh lebih dekat dengan JungShin daripada yang lain. Kali ini YongHwa menjadi semakin yakin bahwa JungShin
menyukai Mina.
***
YongHwa
memelankan laju mobilnya saat melewati taman dekat apartemennya. Ia memicingkan
matanya memastikan bahwa ia mengenali seseorang yang sedang duduk sendiri di
salah satu ayunan. Jam di tangan kirinya menunjukkan pukul sebelas malam.
Setelah cukup yakin, YongHwa langsung memarkirkan mobilnya dengan hati-hati dan
segera menghampiri orang tersebut.
“Hei,
apa yang kau lakukan malam-malam begini?” suara YongHwa yang mengangetkan
langsung membuat orang itu segera menoleh ke arahnya. Ia adalah Mina.
“Menunggumu.”
balasnya sambil tersenyum.
“Sudah
kubilang untuk tidak menunggu.” YongHwa langsung duduk di ayunan sebelahnya
yang kosong. Untuk sesaat tidak ada kata yang diucapkan oleh mereka selain
suara derit ayunan yang sudah lama tidak diberi pelumas. Mereka menikmati angin
yang berhembus lembut menyapu wajah mereka yang lelah.
“Kau
sudah istirahat?” tanya YongHwa membuka pembicaraan.
“JungShin
bilang hari ini bulannya indah. Aku jadi tidak ingin melewatkannya.” jawab Mina
sambil menatap bulan purnama penuh di langit. YongHwa tersedak pelan saat mendengar
nama JungShin disebut. Ia semakin yakin bahwa dugaannya benar.
“Kau
baik-baik saja?” tanya Mina sedikit khawatir karena mendengar suara YongHwa
yang tercekat.
“Bagaimana
denganmu? Kau baik-baik saja?”
“Aku
yakin kau menunggu seharian ini untuk bertanya pertanyaan itu.” balas Mina
sambil tertawa kecil. “Maaf aku menghilang begitu saja dan membuat semuanya
khawatir.”
“Tidak
apa-apa jika tidak ingin menceritakannya sekarang. Hanya saja aku berharap kau
tidak mengulangi kejadian malam itu lagi.”
Alih-alih
malu, tawa Mina meledak. “Aku juga tidak menyangka akan seperti itu.”
“Kau
membuat khawatir. Pingsan begitu saja setelah menenggak empat botol soju sendirian. Kemudian dua hari
setelahnya kamu langsung pergi ke Indonesia tanpa memberi kabar.”
“Kau
lupa menyebutkan bahwa aku sempat menangis dan meracau, memarahimu dan JungShin
habis-habisan sebelum aku pingsan. Apa saja yang aku katakan pada kalian? Kau
masih ingat?”
“Tentu
saja aku ingat, aku tidak akan melupakan kejadian malam itu!” YongHwa pun ikut
tertawa bersama Mina. “Jadi, apakah kau sudah menemukan orang lain?”
“Ya,
sebenarnya ada seseorang. Hanya saja aku tidak tahu apakah aku harus
melanjutkannya atau tidak.”
Tawa
Mina tiba-tiba melemah. Ia kembali diam dan memainkan ayunannya dan membuat
rambut panjangnya sedikit berkibar.
“Hari
ini adalah tanggal saat ia melamarku.” ujar Mina tiba-tiba. “Seandainya ia
belum meninggalkanku untuk perempuan lain, pasti saat ini indah sekali. Mereka
bilang ini bulan purnama kedua, Bulan Biru, hanya terjadi dua tahun sekali.”
“Kau
masih belum bisa melupakannya?”
Mina
menggeleng, “Sudah, aku yakin aku sudah tidak menginginkannya sejak ia memilih
perempuan lain. Maka dari itu aku
langsung menerima tawaran ke Indonesia selama setahun, aku pikir itu baik untuk
liburan. Dan ketika aku kembali kesini, tiba-tiba saja semua kenangan tentang
laki-laki itu memaksa masuk ke pikiranku. Aku jadi khawatir.”
“Bukankah
kau sudah memiliki JungShin?” tanya YongHwa tiba-tiba yang kemudian langsung ia
sesali.
“Benar
kata JungShin, kau itu memang tidak menyadarinya ya.” YongHwa menghentikan
ayunan kakinya dan menatap ke arah Mina yang menunduk sambil menahan tawa. “Saat
bersama JungShin aku selalu berusaha menjadi wanita dewasa. Aku jadi bisa
memandang semua permasalahanku dengan lebih bijak. Selain itu aku lebih senang
jalan bersama JungShin bukan karena aku menyukainya, tetapi karena aku menyukai
saat kamu berjalan di depan kami.”
“Aku
tidak mengerti.”
“Aku
menyukai punggungmu.” Mina menambahkan. “Jujur saja, aku ingin sekali memelukmu
dari belakang atau bersandar padamu.”
YongHwa
terdiam mendengar pernyataan Mina. Ia menahan senyum malu dan sekaligus senang
mengetahui bahwa Mina tidak menyukai JungShin. Perasaannya bercampur aduk.
“Lalu
kenapa kau tidak melakukannya?” ledek YongHwa yang sukses membuat wajah Mina
memerah.
“Aku
ini noona kalian! Aku terlalu malu
melakukannya. Aku harus selalu kuat dan terlihat lebih dewasa setiap bertemu
kalian.”
Tiba-tiba
saja YongHwa langsung bangun dari kursi ayunannya dan setengah berlutut
membelakangi Mina. “Kau bilang kau suka punggungku kan? Baiklah, aku akan
menggendongmu sampai mobil.”
“Tidak,
tidak perlu.” balas Mina malu-malu. Namun YongHwa tetap tidak beranjak dari
posisinya. Akhirnya Mina mengulurkan tangannya perlahan ke leher YongHwa.
Setelah posisinya sudah benar, YongHwa langsung menggendong Mina di punggung
tanpa rasa ragu. Mina hanya bisa menduduk menahan malu dan berulang kali
meminta YongHwa untuk menurunkannya.
“Sudah,
sudah cukup. Turunkan aku.”
“Kau
tidak perlu malu.” jawab YongHwa sambil mulai berjalan perlahan ke arah mobil yang
ia parkir di pinggir taman. “Dan kamu tidak perlu menjadi kuat di hadapan kami.
Kau bahkan tidak perlu malu untuk menangis. Kapan saja kau membutuhkan kami,
kami akan ada untukmu.”
Ucapan
YongHwa membuat pelukan Mina semakin erat. Mina juga mendekatkan kepalanya ke
bahu YongHwa yang membuat YongHwa sedikit salah tingkah. Masing-masing dari
mereka hanya tersenyum memendam perasaan yang tidak mereka sebutkan dengan
kata-kata. Namun, mereka tahu bahwa mereka tidak ingin kehilangan satu sama
lain.
“Terima
kasih, Yong!”
-----
P.S: Cerita ini dibuat setahun lalu dalam rangka mengikuti sebuah kompetisi Dreamers Radio untuk mendapatkan tiket Blue Moon CNBLUE Concert in Jakarta. Walaupun tidak menang, tetapi cukup menyenangkan membuat fanfiksi. Ini fanfiksi pertama yang pernah saya buat :)
Cast: Jung YongHwa (CNBLUE), Lee JungShin (CNBLUE), Fuji Minna (Model)