Sunday, August 31, 2014

Fiksi: The Fall of Five


Judul Buku      : The Fall of Five
Pengarang       : Pittacus Lore
Penerbit           : HarperCollin’s Children Book, diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit Mizan Fantasi
Tahun              : 2014
Halaman          : 452 halaman

The Fall of Five merupakan buku keempat dari rangkaian seri Lorien Legacies yang seri pertamanya, I am Number Four, pernah diangkat ke dalam film layar lebar. Buku ini terdiri dari 37 Bab yang memiliki tebal 452 halaman, termasuk 52 halaman di dalamnya merupakan ‘The Lost Files’. Melanjutkan seri sebelumnya, The Rise of Nine, cerita ini diawali dengan Sam yang masih dikurung dalam sel Mogadorian dan cerita mengenai penyiksaan yang ia dapatkan. Sam kemudian diselamatkan oleh ayahnya dan berhasil kabur untuk menemui para garde. Di sisi lain John Smith beserta kelima garde lainnya, beserta Sarah, kembali ke Chicago untuk memulihkan diri dari pertempuran melawan pemimpin Mogadorian, Setrakus Ra. Alih-alih memenangkan pertempuran dengan gabungan kekuatan dari enam garde, mereka kalah telak.
John, Sarah, dan Nomor Enam memutuskan pergi untuk menemukan garde terakhir, Nomor Lima, di Arkansas setelah muncul pesan anonim di sebuah website. Sementara yang lainnya menunggu di penthouse sambil menjaga Ella yang terus-terusan bermimpi buruk sejak pertempuran terakhir. Pencarian Nomor Lima berlanjut dengan pertemuan John dengan Sam beserta ayahnya yang menyelamatkan mereka dari serangan Mogadorian di Arkansas. Layaknya reuni sebuah keluarga, mereka semua berkumpul kembali di penthouse dan bersama-sama berlatih untuk menghadapi pertempuran selanjutnya.
Satu per satu rahasia mulai terkuak, dan mimpi buruk Ella semakin parah. Mereka menyadari waktu mereka semakin sempit. Dan tidak hanya Mogadorian yang menjadi musuh mereka, melainkan salah seorang dari mereka pun ternyata berkhianat. Kematian pun tidak dapat dielakkan.
Buku ini sangat cocok untuk penggemar fantasi yang haus akan cerita yang heroik. Sama seperti seri sebelumnya, Pittacus Lore menuliskan buku ini dari berbagai sudut tokoh yang terlibat. Pembaca akan dibawa menyelami karakter setiap tokoh sehingga membuat pembaca ikut mengetahui serta merasakan yang dialami oleh tokoh lainnya. Adegan pertempuran yang menguasai hampir seluruh isi buku ini pun digambarkan dengan detail dan apik. Tidak lupa Pittacus menambahkan cerita dibalik awal pertempuran dalam ‘The Lost Files’ yang disisipkan di akhir cerita. Dengan gaya bahasa yang ringan dan penerjemahan bahasa sehari-hari yang santai oleh Penerbit Mizan Fantasi, cukup memudahkan pembaca mengikuti alur cerita.

Lawangwangi Creative Space, Bandung

Masih dalam perjalanan after—graduation—party, gue dan teman-teman gue mencari lokasi kafe yang pernah masuk di akun instagram kuliner Indonesia. Bermodal google maps, kami mencari tempat tersebut yang—katanya—berada di daerah Dago, walaupun kenyataannya lebih menuju ke daerah Lembang. Posisi kami dari Braga dan kami serasa melewati bukit menuruni lembah karena jalanannya berkelok-kelok seperti di Puncak. Bahkan kami sempat nyasar dan jalanan yang seharusnya malah lebih curam lagi. Gue sedikit khawatir karena mobil yang kami gunakan itu sedikit bermasalah di bagian kopling. Setelah tanya-tanya sana-sini ditambah google maps yang selalu re-routing kami pun sampai ditujuan. Perjuangan kami masih berlanjut. Untuk masuk ke tempat tersebut kami harus—kalo kata google mapsslide right dan menanjak karena letak bangunannya yang di atas. Dan finally, this is it Lawangwangi Creative Space!



Pertama kali kami masuk, kami langsung disuguhi pameran seni yang menarik perhatian. Belum lagi rubik raksasa yang terletak di depan tangga. Jadi selain galeri, tempat ini juga memiliki kafe yang terletak di lantai dua. Kami pun langsung disambut oleh waiter yang ramah dan mengantarkan kami ke seat yang kosong. Tempat ini terbagi indoor, semi, dan outdoor. Outdoor ini lebih menarik karena menggunakan sofa berwarna ungu dengan dinding-dinding kaca transparan sehingga dapat melihat pemandangan. Tetapi berhubung kami sampai sana sekitar jam 1 siang dan panas, kami lebih memilih di tengahnya di semi.

Tempatnya benar-benar nyaman, worth it setelah melewati jalanannya yang memang butuh sedikit effort lebih. Kami berkeliling sebentar dan mengambil beberapa foto, kesempatan yang tidak boleh disia-siakan hehe. Sebenernya gue juga masih kenyang tetapi kapan lagi kan kesini? Akhirnya kami memesan makanan yang tersedia di menu. Sambil menunggu makanan, kami pun diberikan welcome snack semacam krakers singkong.


Service timenya ga terlalu lama, sekitar nunggu 15min dan itu juga ga berasa karena kami sibuk take a pic sana-sini hehe. Ta-da ini adalah pesanan gue!



Cream of Chicken Soup dengan garlic bread.
Sup krim ini cukup kental dan di dalamnya terdapat potongan ayam. Rasanya gurih dan cukup terasa asinnya gue bilang, tapi masih bisa ditoleransi karena rasanya masih enak. Entah karena memang didiamkan cukup lama atau memang supnya tidak hangat. Jadi kurang oke aja sih.



Nasi Goreng Risotto
Nasi ini disajikan dengan saus keju mozzarella dan sebagai pengganti kerupuk terdapat corn chips di sekitarnya. Serius, gue kira ini nasi kuning! Gue juga bingung bagian mana yang menunjukkan nasi gorengnya. Dan ternyata gue salah, mungkin kaya gini kali ya risotto. Nasinya lembut berbumbu creamy dan gurih. Dan di dalam nasinya terdapat potongan keju. Rasanya enak! :D



Banana Oreo
Jadi, minuman ini semacam blend dari oreo dan cokelat yang dikasih sirup pisang. Rasanya manis dan pisangnya cukup berasa, but it’s missing oreo taste. Tapi enak kok :D

Kemudian ini adalah beberapa pesanan teman-teman yang lain,

Ayam Penyet Lawangwangi


Chicken Lawangwangi

Moon Light

Violet

Overall, setelah icip-icip semua rasanya enak. Paling enak minuman Violet itu, rasanya semacam anggur menyegarkan. Harganya juga ga terlalu mahal loh! Gue bilang malah lebih murah daripada kafe sejenis di Jakarta. This is our bill.




Sayangnya cuma ada di Bandung, jadi gue nggak bisa sering-sering kesini deh hehe. So, they have good service,good  place, good view and good food. Recommended place! :DD

Bandung Culinary Trip!

Yesterday, I had after—graduation—party with my friends, so we decided to go to Bandung! Yeay! Rencananya kami hanya ingin makan-makan cantik di Kota Kembang tersebut. Well, kami berangkat jam setengah 7 pagi dari Depok dan sampai di Bandung pukul sekitar setengah 10 pagi. Dengan menggunakan navigasi di google maps, kami menuju ke daerah Braga untuk mencari makanan pengganjal. Setelah melewati Gedung Sate—ikon kebanggan Kota Bandung—dan sejumlah tempat makan yang menarik, kami akhirnya ke Batagor & Siomay Kingsley di Jalan Veteran karena saat itu tempatnya ramai. Kami memesan batagor campur dan es teh. Satu porsi batagor campur terdiri dari dua buah batagor dan satu siomay. Porsinya lumayan besar kok, segitu aja sudah cukup bikin kenyang hehe. Nah, kami berpikir awalnya harga satu porsinya sekitar Rp20k-an sekelas batagor yang di Soerabi Enhaii. Ternyata satu porsi dengan tiga potong tersebut dihargai sebesar Rp 30k, tidak lupa ada pajaknya juga 10%. Cukup mahal sih gue bilang tetapi apa daya kami pun membayar makanan penganjal perut itu.

Saat kami menuju mobil untuk bergerak ke tujuan selanjutnya, kami melipir ke Es Bungsu 29 yang tidak jauh  dari situ. Dari luar tempatnya kecil seperti hanya gerobak dan beberapa bangku untuk duduk. Ternyata saat kami masuk ke dalam, tempatnya memanjang dan cukup dapat menampung orang banyak. Yang menarik disepanjang di dinding ruangan dipajang figura The Rolling Stones.


Dan ini adalah wujud dari Es Bungsu tersebut yang dihargai Rp12k.


Es Bungsu ini terdiri dari alpukat, kelapa, kolang-kaling, dan semacam mutiara yang berwarna merah. ‘Kuah’nya ini terbuat dari air kelapa dan susu. Rasanya manis dan menyegarkan. Boleh banget nih dicoba kalo lagi daerah Bandung :D

Tidak lengkap sepertinya kalau kami tidak mencoba Steak Ranjang yang cukup nge-hits di Bandung. Tidak lupa tagline dari resto tersebut adalah nikmat menggelinjang. Kami pun meluncur ke daerah Dipatiukur. Tempatnya sedikit tersamar dengan FO dan tempat lainnya, buat kami yang bukan warga Bandung agak susah cari tempatnya. Jadi, tempatnya ini semacam ruko gitu. Pertama masuk gue lihat tempatnya udah penuh, jadi mas-masnya menyarankan kami untuk ke lantai dua.  Pas kami mau naik tangga, ada seat yang ditujukan khusus untuk Jomblo. Lucu sih ini hahaha.

Kami pun diberikan buku menu dan terlihat bahwa harganya cukup terjangkau. Gue pun memesan Tenderloin Steak, Brown Sauce (Rp19k) dengan ekstra keju (2k) dan minumnya cukup air mineral botol (3k)


Honestly, it’s under my expectation. Rasa steaknya biasa aja dan brown sauce yang katanya mushroom sauce itu sama sekali ga berasa jamurnya. Rasa sausnya manis dan steaknya ini nggak hangat atau panas seperti seharusnya. Temen-temen gue yang lain pun kurang lebih merasa sama. Bu,  it’s not bad at all. Kalau melihat harganya yang terjangkau sih memang cukup. Mungkin kalo buat gue rasa saus manisnya itu yang bikin gue kurang bernafsu. Jadi, gue cukup sekali aja sih nyobain hehe.

Overall, it’s a great culinary trip! :D


Thursday, August 7, 2014

Yatai Sushi and Snow Ice

Bermula dari  status check-in seorang teman di Path, saya yang penasaran--dan merasa tergiur dengan foto makanan yang diposkan--mampir ke Yatai Sushi and Snow Ice yang terletak di Jalan Kartini Raya No. 46, Depok. Jika Anda mengetahui pertigaan lampu merah jam Depok atau apotik, letaknya tidak terlalu jauh dari situ. Dari arah Margonda menuju Stasiun Depok Lama, pas sekali di belokkan sebelum tanjakan menuju arah Jalan Dewi Sartika. Tempatnya tidak begitu besar dan cukup nyaman untuk berkumpul dengan teman atau keluarga. Ruangannya cukup terbuka dan terletak di pinggir jalan jadi walaupun tidak menggunakan pendingin ruangan tetap terasa sejuk.
Yatai Sushi and Snow Ice ini didirikan oleh Nobe Kenji yang memang koki salah satu restoran jepang ternama di Jakarta. Beliau menciptakan 'Yatai' yang berarti warung sehingga menyajikan masakan jepang tingkat menengah dengan harga yang bersahabat.

Beef Pizza Sushi Roll saya pilih sebagai makanan pembuka. Satu porsi terdiri dari 6 potong sushi. Saya suka sekali dengan rasa sushi yang disediakan, tidak terasa amis, enak dan sesuai dengan lidah saya. Kisaran harga untuk sushi yaitu 25ribuan.

Beef Pizza Sushi Roll
 
Kemudian saya memesan Osaka Curry Rice, yaitu nasi steam dengan bumbu kari yang sedikit pedas dan disajikan dengan salad. Porsinya cukup mengenyangkan. Selain menu ini, juga terdapat menu lain, seperti Chicken Katsu, Chicken Teriyaki, Hamburg Rice, Ramen, Takoyaki, Okonomiyaki dan Salmon Miso Soup. Harganya pun bervariatif namun masih dibawah 30ribu.

Osaka Curry Rice
Nah, terakhir untuk dessert saya merekomendasikan Snow Ice. Terdapat berbagai macam rasa, mulai dari Chocolate GreenTea, Mango dan Diet Choice. Porsinya lebih kecil dari Snow Ice Pasar AhPoong, namun rasanya tidak kalah enak. Selain itu, juga terdapat pilihan dorayaki dan chocolate bar tempura sebagai dessert. Saya memilih Snow Ice Mango Tango yang disajikan dengan buah mangga dan stroberi. Mango Tango ini rasanya sedikit masam, segar dan pas berpadu dengan snow ice. Harga untuk Snow Ice ini adalah 20-25ribu.
 Snow Ice Mango Tango

Untuk minuman, Yatai Sushi dan Snow Ice menyediakan berbagai jenis minuman mulai dari jus, smoothies, kopi, ice tea dan air mineral. Saya memilih air mineral untuk menetralkan semua rasa setelah makan. Secara keseluruhan saya sangat puas. Bagaimana? Apakah Anda tertarik? Silahkan mencoba! :)


Photo Source: Dokumen Pribadi

(Tidak Ada) Harapan

Seorang wanita menatap layar telepon genggamnya dengan nanar. Matanya masih terlihat sembab. Aku rasa ia habis menangis lagi semalam. Ia kemudian memejamkan matanya, mulutnya bergerak pelan. Ia terlihat khusyu berdoa. Sulit sekali menghentikan dia. Aku yakin ia sedang berdoa, mendoakan pria yang menurutku tidak pantas lagi untuk ia pikirkan. Seberapa pun ia tidak peduli tetapi dalam hatinya selalu berdoa untuk keselamatan pria itu. Berharap si pria selalu baik-baik saja dalam lindungan-Nya

Lihatlah! Ia mengasihani dirinya sendiri. Menutup diri. Tidak ingin percaya. Takut tersakiti lagi. Walaupun aku merasa hal ini sangan janggal. Ia selalu ingin diselamatkan, tetapi selalu takut untuk menerima uluran tangan orang lain yang akan membantunya. Ia sudah jatuh berulangkali. Kini merangkak mencari serpihan hati dan kepercayaannya yang disia-siakan. Dan ia membiarkan dirinya tenggelam dalam pikiran-pikirannya sendiri.

Aku berdoa untuk dirinya. Semoga ia menemukan apa yang ia cari. Bukan hanya sekedar cinta dan rasa sayang, tetapi alasan, keinginan dan kekuatan untuk membuat hidupnya lebih baik lagi.

Tuhan, tolong jaga ia.

Saturday, June 28, 2014

Once In Blue Moon

Bandara Incheon, Seoul.
Seorang gadis menarik kasar kopernya yang nampak lebih besar dari tubuhnya yang kurus ramping.  Setelah sekiranya lima belas langkah dari pintu keluar, ia berhenti menurunkan kacamata hitamnya dan mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Mata sipit khas Asia Timurnya langsung membelalak bersemangat ketika seorang laki-laki dengan kaus putih dan kardigan biru melambai ke arahnya.
“YONG!”
Laki-laki yang dipanggil Yong itu langsung berlari kecil menghampirinya dan membawakan koper si gadis yang membuatnya sedikit melambat. Setelah saling bertukar senyum dan sapa, mereka langsung berjalan menuju halaman parkir.
 “Jadi, bagaimana Indonesia?” tanya YongHwa kepada Mina saat mobil mereka sudah keluar dari bandara.
Doebda. Panas sekali.”
YongHwa terdiam sebentar mengira bahwa Mina akan melanjutkan perkataannya. Namun sedetik kemudian ia sudah menemukan Mina menurunkan sandaran kursinya dan setengah berbaring.
“Kau setahun berada disana dan hanya itu jawabanmu?”
“Sungguh, Indonesia benar-benar panas! Memang sih banyak hal indah dan menyenangkan, namun aku tidak bisa mentolerir udaranya yang sangat panas. Percayalah, kau akan butuh banyak sunblock disana!”
YongHwa hanya tertawa kecil mendengar jawaban Mina. Ia ingin sekali bertanya banyak hal mengingat kepergian Mina yang tiba-tiba semenjak ia putus dengan seorang pemimpin sebuah band rock ternama. Tetapi ia langsung mengurungkan niatnya saat melihat Mina yang langsung memejamkan matanya setelah kata terakhirnya diucapkan dari mulut mungilnya yang berwarna merah muda. YongHwa rasa ia akan membiarkan Mina tertidur sebentar.
***

JungShin memasuki sebuah kedai kopi yang terletak di pusat kota. Terdengar bunyi denting lonceng ketika pintu kaca yang bertuliskan ‘buka’ ia dorong ke arah dalam. Seorang pelayan tersenyum menyapanya ramah. JungShin langsung memesan Iced Chocolate  dan duduk di sudut ruangan setelah mendapatkan pesanannya. Ia menatap ke luar jendela melihat mobil yang berlalu-lalang.
“Oranye, satu.” gumamnya pelan ketika melihat sebuah mobil sedan berwarna oranye menikung pelan melewatinya yang duduk di dalam kedai.
Sedetik kemudian ia hanya tersenyum getir merasa konyol masih memainkan permainan itu dengan seseorang yang sedang tidak bersamanya sekarang. JungShin bahkan telah mencatat ada seratus lima puluh tujuh mobil berwarna oranye yang melewati kedai ini selama setahun—setidaknya itu jumlah yang berhasil ia hitung—kalau-kalau seseorang itu kembali dan menanyakan permainan yang selalu mereka lakukan. JungShin melamun menatap kosong gelasnya yang masih terisi penuh sambil sesekali mengaduk whipped cream agar tercampur dengan minumannya. Cukup lama ia menyadari bahwa ponselnya telah bergetar dua kali menandakan bahwa sebuah pesan masuk. JungShin membuka pesan itu dan mendapati serangkaian nomor yang tidak ia kenal. Tiba-tiba saja sebuah senyuman mengembang di wajahnya.

Aku di Seoul. Temui aku sebentar lagi.

***

“Terima kasih, Yong telah menjemputku.” ujar Mina saat sampai di depan pintu apartemennya.
“Baiklah, selamat beristirahat. Aku akan ke studio, mungkin aku pulang sedikit larut malam. Jangan menunggu.” balas YongHwa sambil memberikan kunci apartemen Mina yang ia titipkan setahun lalu. “Tenang saja, apartemenmu selalu dibersihkan kok.”
“Sampaikan salamku kepada yang lain!” teriak Mina saat YongHwa sudah berjalan menjauh menuruni tangga. Mina membuka pintu apartemennya dan sedikit terkejut ketika menemukan seorang laki-laki sudah berdiri dihadapannya.
“Shin! Sudah aku bilang berulang kali jangan berdiri di depan pintu saat aku masuk!” ujar Mina sambil menutup pintu rapat.
“Kau sendiri yang bilang ingin menemuiku. Aku tidak melihat mobil YongHwa saat aku datang, jadi kuputuskan saja menunggu di dalam. Kau tidak lupa kan kalau aku juga memegang kunci apartemenmu?”
“Oke, algesseoyo.  Eh, bukankah kau seharusnya latihan? Yong bilang ia akan langsung ke studio.”
“Iya, aku akan kesana setelah bertemu denganmu. Setidaknya aku ingin mendengar kamu mengatakan bahwa aku boleh meceritakan hal ini ke YongHwa dan yang lainnya.”
“Tidak. Aku belum siap.”
“Ya Tuhan, aku bisa gila berpura-pura tidak mengetahui apa-apa sementara yang lain mulai memikirkan hal-hal buruk tentangmu.”
“Kau sudah berjanji kepadaku. Sekarang kau harus studio bertemu mereka dan bersikaplah seperti biasanya. Mengerti?” lanjut Mina sambil menatap JungShin serius.
“Baiklah, terserah kau saja.”
***

Hyung, sudah bertemu Mina noona?” tanya JungShin kepada YongHwa setelah mereka latihan selama lima jam. YongHwa menjawab pertanyaan JungShin dengan anggukan kecil. “Bagaimana keadaannya? Dia baik?”
“Ya, dia baik-baik saja. Dia sama seperti biasanya, walaupun aku masih sedikit khawatir.”
“Aku lega mendengarnya. Aku harap Mina noona benar-benar sudah melupakannya.”
“Ya, aku harap juga begitu.” jawab YongHwa menggantung. “Temui ia esok. Ia pasti juga ingin bertemu denganmu.” balas YongHwa sambil menepuk punggung JungShin.
JungShin hanya mengangguk lemah menahan semua hal yang diketahuinya. Ia hanya diam di tempatnya menatap punggung hyung-nya yang mulai berjalan menjauh.
Hyung!” YongHwa menoleh saat JungShin memanggilnya lagi. JungShin terdiam sebentar menenangkan perang batin yang terjadi di dalam dirinya. Semua kata-kata yang disusunnya selama setahun sudah berada diujung mulutnya. Ia harus memberitahukan semuanya. “Sebenarnya aku…aku….”
Tiba-tiba saja YongHwa tersenyum mengangguk. Wajahnya tampak penuh kelegaan melihat usaha JungShin yang ingin memberitahukan sesuatu padanya.
“Aku sudah tahu kok.” balas YongHwa.
“Eh?”
“Tanpa kau memberitahuku, aku sudah tahu.”
JungShin sedikit bingung dengan jawaban YongHwa. Ia ragu apakah yang YongHwa maksud sama dengan yang ada dipikirannya. Namun, ia bisa sedikit lega karena tidak harus menahan hal itu lebih lama.
“Jadi, kau akan menjaga Mina  noona?” tanya JungShin meyakinkan.
“Tentu saja.” balas YongHwa tersenyum sambil mulai berjalan meninggalkan JungShin. Pernyataan JungShin tadi seakan melunturkan kecurigaan YongHwa selama setahun ini. YongHwa yakin Mina dan JungShin menyembunyikan sesuatu darinya. Apalagi hubungan Mina jauh lebih dekat dengan JungShin daripada yang lain. Kali ini  YongHwa menjadi semakin yakin bahwa JungShin menyukai Mina.
***

YongHwa memelankan laju mobilnya saat melewati taman dekat apartemennya. Ia memicingkan matanya memastikan bahwa ia mengenali seseorang yang sedang duduk sendiri di salah satu ayunan. Jam di tangan kirinya menunjukkan pukul sebelas malam. Setelah cukup yakin, YongHwa langsung memarkirkan mobilnya dengan hati-hati dan segera menghampiri orang tersebut.
“Hei, apa yang kau lakukan malam-malam begini?” suara YongHwa yang mengangetkan langsung membuat orang itu segera menoleh ke arahnya. Ia adalah Mina.
“Menunggumu.” balasnya sambil tersenyum.
“Sudah kubilang untuk tidak menunggu.” YongHwa langsung duduk di ayunan sebelahnya yang kosong. Untuk sesaat tidak ada kata yang diucapkan oleh mereka selain suara derit ayunan yang sudah lama tidak diberi pelumas. Mereka menikmati angin yang berhembus lembut menyapu wajah mereka yang lelah.
“Kau sudah istirahat?” tanya YongHwa membuka pembicaraan.
“JungShin bilang hari ini bulannya indah. Aku jadi tidak ingin melewatkannya.” jawab Mina sambil menatap bulan purnama penuh di langit. YongHwa tersedak pelan saat mendengar nama JungShin disebut. Ia semakin yakin bahwa dugaannya benar.
“Kau baik-baik saja?” tanya Mina sedikit khawatir karena mendengar suara YongHwa yang tercekat.
“Bagaimana denganmu? Kau baik-baik saja?”
“Aku yakin kau menunggu seharian ini untuk bertanya pertanyaan itu.” balas Mina sambil tertawa kecil. “Maaf aku menghilang begitu saja dan membuat semuanya khawatir.”
“Tidak apa-apa jika tidak ingin menceritakannya sekarang. Hanya saja aku berharap kau tidak mengulangi kejadian malam itu lagi.”
Alih-alih malu, tawa Mina meledak. “Aku juga tidak menyangka akan seperti itu.”
“Kau membuat khawatir. Pingsan begitu saja setelah menenggak empat botol soju sendirian. Kemudian dua hari setelahnya kamu langsung pergi ke Indonesia tanpa memberi kabar.”
“Kau lupa menyebutkan bahwa aku sempat menangis dan meracau, memarahimu dan JungShin habis-habisan sebelum aku pingsan. Apa saja yang aku katakan pada kalian? Kau masih ingat?”
“Tentu saja aku ingat, aku tidak akan melupakan kejadian malam itu!” YongHwa pun ikut tertawa bersama Mina. “Jadi, apakah kau sudah menemukan orang lain?”
“Ya, sebenarnya ada seseorang. Hanya saja aku tidak tahu apakah aku harus melanjutkannya atau tidak.”
Tawa Mina tiba-tiba melemah. Ia kembali diam dan memainkan ayunannya dan membuat rambut panjangnya sedikit berkibar.
“Hari ini adalah tanggal saat ia melamarku.” ujar Mina tiba-tiba. “Seandainya ia belum meninggalkanku untuk perempuan lain, pasti saat ini indah sekali. Mereka bilang ini bulan purnama kedua, Bulan Biru, hanya terjadi dua tahun sekali.”
“Kau masih belum bisa melupakannya?”
Mina menggeleng, “Sudah, aku yakin aku sudah tidak menginginkannya sejak ia memilih perempuan lain. Maka dari itu  aku langsung menerima tawaran ke Indonesia selama setahun, aku pikir itu baik untuk liburan. Dan ketika aku kembali kesini, tiba-tiba saja semua kenangan tentang laki-laki itu memaksa masuk ke pikiranku. Aku jadi khawatir.”
“Bukankah kau sudah memiliki JungShin?” tanya YongHwa tiba-tiba yang kemudian langsung ia sesali.
“Benar kata JungShin, kau itu memang tidak menyadarinya ya.” YongHwa menghentikan ayunan kakinya dan menatap ke arah Mina yang menunduk sambil menahan tawa. “Saat bersama JungShin aku selalu berusaha menjadi wanita dewasa. Aku jadi bisa memandang semua permasalahanku dengan lebih bijak. Selain itu aku lebih senang jalan bersama JungShin bukan karena aku menyukainya, tetapi karena aku menyukai saat kamu berjalan di depan kami.”
“Aku tidak mengerti.”
“Aku menyukai punggungmu.” Mina menambahkan. “Jujur saja, aku ingin sekali memelukmu dari belakang atau bersandar padamu.”
YongHwa terdiam mendengar pernyataan Mina. Ia menahan senyum malu dan sekaligus senang mengetahui bahwa Mina tidak menyukai JungShin. Perasaannya bercampur aduk.
“Lalu kenapa kau tidak melakukannya?” ledek YongHwa yang sukses membuat wajah Mina memerah.
“Aku ini noona kalian! Aku terlalu malu melakukannya. Aku harus selalu kuat dan terlihat lebih dewasa setiap bertemu kalian.”
Tiba-tiba saja YongHwa langsung bangun dari kursi ayunannya dan setengah berlutut membelakangi Mina. “Kau bilang kau suka punggungku kan? Baiklah, aku akan menggendongmu sampai mobil.”
“Tidak, tidak perlu.” balas Mina malu-malu. Namun YongHwa tetap tidak beranjak dari posisinya. Akhirnya Mina mengulurkan tangannya perlahan ke leher YongHwa. Setelah posisinya sudah benar, YongHwa langsung menggendong Mina di punggung tanpa rasa ragu. Mina hanya bisa menduduk menahan malu dan berulang kali meminta YongHwa untuk menurunkannya.
“Sudah, sudah cukup. Turunkan aku.”
“Kau tidak perlu malu.” jawab YongHwa sambil mulai berjalan perlahan ke arah mobil yang ia parkir di pinggir taman. “Dan kamu tidak perlu menjadi kuat di hadapan kami. Kau bahkan tidak perlu malu untuk menangis. Kapan saja kau membutuhkan kami, kami akan ada untukmu.”
Ucapan YongHwa membuat pelukan Mina semakin erat. Mina juga mendekatkan kepalanya ke bahu YongHwa yang membuat YongHwa sedikit salah tingkah. Masing-masing dari mereka hanya tersenyum memendam perasaan yang tidak mereka sebutkan dengan kata-kata. Namun, mereka tahu bahwa mereka tidak ingin kehilangan satu sama lain.
“Terima kasih, Yong!”

-----

P.S: Cerita ini dibuat setahun lalu dalam rangka mengikuti sebuah kompetisi Dreamers Radio untuk mendapatkan tiket Blue Moon CNBLUE Concert in Jakarta. Walaupun tidak menang, tetapi cukup menyenangkan membuat fanfiksi. Ini fanfiksi pertama yang pernah saya buat :)

Cast: Jung YongHwa (CNBLUE), Lee JungShin (CNBLUE), Fuji Minna (Model)

Friday, June 27, 2014

Somebody That You Used To Know

Entah. Aku rasa kata itu cukup untuk mengawali semuanya. Kemudian, selanjutnya dimulai dengan kamu. Kamu berada dihadapanku dengan jarak kurang dari satu meter. Aku bisa melihat kamu dengan jelas. Mata yang dahulu pernah menatapku dengan penuh kasih, kini dipalingkan ke arah lain. Mulut yang pernah menyuarakan bahwa kamu menyayangiku, kini menyuarakan hal lainnya tanpa mengajakku turut serta dalam pembicaraanmmu. Bagian terburuknya aku berada tepat dihadapanmu dan kamu lebih senang memalingkan wajahmu ke arah lain atau fokus terhadap makananmu. Dan aku? Aku hanya bisa menatapmu, kosong, dengan semua rasa sakit yang semakin lama terasa menyesakkan. Bahkan disaat kamu membelakangiku, bersenda gurau dengan orang lain—atau wanita lain lebih tepatnya—aku masih saja memperhatikan punggungmu yang sesekali bergerak seirama putaran badanmu. Aku bahkan kasihan pada diriku sendiri, bisa-bisanya aku merendah seperti ini,bahkan mengabadikannya ini pada sesuatu yang lebih kuat daripada sekedar ingatan. Bodoh!

Lupa. Sungguh, sekarang semuanya terasa samar. Aku mulai lupa saat-saat yang membuatku berpikir bahwa aku wanita beruntung memilikimu, aku bahkan tidak ingat bahwa kita pernah menjalin sebuah hubungan dan yang kemudian berakhir begitu saja.



Bohong. Tentu saja tiga kalimat di atas bohong. Mana mungkin aku tidak ingat. Aku bahkan masih bisa memutar ulang semua kejadiannya. Hanya saja tidak seperti dulu yang meninggalkan senyuman saat aku mengingatnya, kali ini lebih terasa pahit. Kali ini rasa sakitnya bukan karena semua omong kosong yang pernah kamu ucapkan padaku, tetapi karena kamu mengabaikanku.Sakit karena rasanya bukan sebagai teman. Tetapi aku hanya sebagai kenalanmu. Ya seorang kenalan dimasa lalu.